4 Alasan Kecepatan Mobil di Tol 100 km/jam

Seringkali kita mendengar kecelakaan di jalan tol yang menyebabkan korban luka dan meninggal. Naudzubillah. 

Berita itu membuat miris bagi yang membaca dan mendengarnya. Rata-rata, penyebab kecelakaan di jalan tol adalah faktor pengemudi seperti supir mengantuk, kecepatan mobil melebihi batas kecepatan di jalan tol, menggunakan ponsel saat memgemudi, dan kondisi badan tidak fit. 

Penyebab kecelakaan di tol dari faktor pengemudi itu hingga 82 persen. Jumlah yang cukup besar.

Memang, sepanjang perjalanan melewati jalan tol, mobil-mobil melaju dengan kencangnya, padahal mobil yang saya kendarai di jalan tol sudah berada di angka 100 km/jam. Bagaimana dengan mobil-mobil itu. Mungkin malah kecepatan mobil di jalan tol berada di ambang batas kecepatan mobil.

Di ruas tol jalan layang MBZ Jakarta, jumlah kendaraan yang melebihi batas maksimal berkendara di jalan tol sebesar 32,66 persen dari total keseluruhan ruas yang dioperasikan JSMR Group pada tahun 2021.

Korban meninggal akibat kecelakaan di tol tahun 2020 saja mencapai 790 kasus dengan korban meninggal sampai 90 orang.


Batas Kecepatan mobil di tol

Sebenarnya berapakah kecepatan mobil di jalan tol? Jika mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 111 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Batas Kendaraan, batas kecepatan di jalan tol paling rendah 60 km/jam, sedangkan batas paling tinggi adalahn100 km/jam.

Jika kita melihat rambu batas kecepatan dengan bentuk lingkaran dengan angka di dalamnya, maka kecepatan mobil tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang dari angka yang tertulis.

Misanya, rambu batas kecepatan bertuliskan 80 maka kecepatan maksimal dan minimal kendaraan di tol adalah 80 km/jam.

Sementara jika ada dua rambu batas kecepatan, seperti rambu di bawah bertuliskan 80 dan rambu di atas bertuliskan 100, maka kecepatan minimal berkendara di jalan tol adalah 80 km/jam dan kecepatan maksimal 100 km/jam.



Lima alasan kenapa maksimal 100km/jam di jalan tol

Pemerintah menetapkan batas kecepatan maksimal berkendara juga memiliki alasan utama yaitu demi keselamatan pengendara di jalan. Lebih spesifik lagi, alasan kecepatan maksimal hanya 100 km/jam lainnya adalah:

Mudah dikendalikan

Ruas jalan tol sudah didesain sesuai dengan kecepatan mobil. Skid resistance atau daya gesek menjadi salah satu faktor saat menentukan kecepatan mobil di jalan.

Jika terjadi sesuatu yang mendadak, seperti tiba-tiba mobil di depan mendadak mengerem atau tiba-tiba ban meletus, maka sopir bisa mengendalikan mobil saat kecepatannya di batas maksimal kecepatan di jalan tol.

Kondisi berbeda jika ketika ada sesuatu yang mendadak dan mobil melaju kencang di atas 100 km per jam, mobil akan sulit dikendalikan. Ketika setir goyah sedikit saja sudah membuat mobil melesat keluar dari jalur yang seharusnya.

Mengurangi tingkat kefatalan cedera

Dengan kecepatan mobil tidak melebihi batas maksimal, maka resiko kecelakaan bisa diminimalisir. Seperti yang sudah dijelaskan tadi, bahwa mobil dengan kecepatan di atas 100 km per jam akan sulit dikendalikan dibanding mobil dengan kecepatan kurang dari 100 km per jam jika ada sesuatu hal terjadi secara mendadak.

Di sebuah ilustrasi yang pernah saya lihat, sebuah mobil dibandingkan jika terjadi kecelakaan dengan kecepatan berbeda. Mobil A melaju kecepatan di atas 100 km per jam. Mobil A menabrak pohon. Kerusakan yang terjadi pada mobil A lebih parah daripada mobil B yang juga menabrak pohon dengan kecepatan di bawab 100 km per jam.

Dari ilustrasi tersebut bisa dijelaskan bahwa kecepatan di atas batas maksimum memiliki tingkat resiko kerusakan yang parah ketika terjadi kecelakaan. Tingkat kefatalan cedera serius maupun luka parah bagi penumpang dan pengemudi bisa diminimalisir. Sedangkan mobil yang memiliki kecepatan di bawah kecepatan maksimal akan memiliki tingkat resiko kerusakan parah yang rendah.


Dari ilustrasi tersebut dijelaskan bahwa mobil yang mengalami kecelakaan di kecepatan 60 mph atau sekitar 96 km per jam rasanya seperti terjatuh dari gedung lantai 12 apalagi jika kecepatannya di atas 100 km per jam. 

Mengurangi emisi

Menurut Pemerintah Kanada, semakin cepat kendaraan dikemudikan maka semakin banyak pula bahan bakar yang digunakan. Mobil dengan kecepatan 50-80 km per jam menggunakan bahan bakar lebih efisien dibanding dengan mobil dengan kecepatan di atas 100 km per jam.

Dengan menggunakan teknik mengemudi hemat bahan bakar akan mengurangi tingkat konsumsi bahan bakar dan emisi karbon dioksida hingga 25%.



Dari alasan-alasan tersebut, harusnya kita menaati peraturan pemerintah tentang batas kecepatan di jalan tol yang sudah dibuat. Tetap hati-hati berkendara di jalan tol sobat Retro.

Jangan lupa cek kondisi kendaraan sebelum perjalanan jauh. Terutama perlu perawatan khusus mobil retro.

Jangan lupa berdoa ya Sobat Retro sebelum perjalanan.

Semoga kita semua dilindungi dan diberi keselamatan dalam perjalanan berkendara kita. Aamiin.

Tim Penulis Retroline Corner dikelola oleh penulis dan pendidik yang menyukai dunia otomotif Tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur

Related Posts

Previous
Next Post »

20 comments

comments
11 Februari 2022 pukul 18.21 delete

Pernah naik bis saat otw ke malang, sopirnya agak ngawur gitu, entah lebih dari 100km/perjam atau lebih, berasa badannya bisnya mau mreteli..baru tau juga kalau bisa mengurangi emisi ketika berada dikecepatan 50-80km/jam

Reply
avatar
12 Februari 2022 pukul 11.37 delete

memang benar, Mbak. jangankan di jalan tol dengan mengendarai mobil, terkadang yang mengendari motor saja saat jalanan sepu, itu di atas 100 km. Makanya perlu sekali kesadaran maaing-masing ya, Mbak. Kecepatan cukup maksimal 100 kim/jam. Bukan untuk menjaga keselamatan sendiri, tapi juga pengendara lainnya.

Reply
avatar
12 Februari 2022 pukul 17.44 delete

Mentang-mentang jalan tol, orang ngebut banget bawa mobilnya. Akhirnya kecelakaan deh. Bener banget sih, kecelakaan ini mayoritas krn faktor pengemudi. Bawanya ugal2an banget. Di sinilah pentingnya mematuhi rambu soal kecepatan. Jika dibilang maksimal 80 km/jam, ya patuhilah. Bukan malah ngebut.

Reply
avatar
12 Februari 2022 pukul 22.28 delete

Ternyata dari aspalnya saja sudah didesan begitu ya. Kalau saya memang nyaman di 80-90 aja. Kalau 100 apalagi di atasnya kok rasanya gimana gitu.

Reply
avatar
12 Februari 2022 pukul 22.49 delete

saya nih paling takut sebenere kalau mobil itu cepet atau laju, tapi kayaknya kalau di tol terutama tol selalu otomatis laju banget ya. Pernah merasakan dari Juanda ke malang, tolnya sepi banget, dan kecepatannya cukup lumayan. Meski sepi jadi deg- degan juga.

Reply
avatar
13 Februari 2022 pukul 08.16 delete

Tapi beneran deh kalo di tol tuh ngga berasa tau-tau aja udah ngebut banget. Padahal kalo mengurangi kecepatan bisa mengurangi kefatalan kemungkinan cedera yah.

Reply
avatar
13 Februari 2022 pukul 15.27 delete

Penyebab terjadi kecelakaan memang beragam dan salah satunya untuk mengurangi angka kecelakaan adalah dengan mematuhi rambu-rambu yang sudah diberikan di sepanjang jalan tol.
Dan membatasi diri ketika mengendarai kendaraan di batas maksimal yang ditentukan. Jadi meski berkendara, kudu pakai sisi rasional daripada emosional.

Reply
avatar
Han
13 Februari 2022 pukul 16.58 delete

Iya sih biasanya standar emang 80-100km/jam yah. tapi kalo bawa sopirr susah banget mereka dibilanginnya. sedikitnya 100, jalan 120km/jam. huhu banyak lihat berita kecelakaan tuh jadi parno dan lebih berhati2 juga sih baiknya

Reply
avatar
13 Februari 2022 pukul 17.18 delete

ngilu banget klo pas naik driver lajunya kenceng banget, jantung merasa mo copot sumpah, mobilnya kek mo terbang huhu

Reply
avatar
13 Februari 2022 pukul 17.44 delete

Lebih baik yang santai di bawah 100km/jam, utamakan keselamatan di perjalanan itu kuncinya

Reply
avatar
13 Februari 2022 pukul 18.25 delete

Betul sih, 100km/jam itu sebenarnya batas maksimal untuk berkendara aman ya, dan bisa lebih mudah dikendalikan ketika terjadi something juga. Cuma ya gitu, jalan lurus, apalagi lenggang, godaan makin tinggi untuk injak gas dalam2. Hiks

Reply
avatar
13 Februari 2022 pukul 21.31 delete

kalau naik murni kayaknya selalu lebih dari 100km/jam. beuh itu udah sat set sat set aja rasanya ngeriiii

Reply
avatar
13 Februari 2022 pukul 21.59 delete

Noted nih! Ternyata berkendara di bawah 100 itu selain aman tapi juga bisa menghemat bahan bakar ya, emisi juga berkurang banyak ya itu.
duuh paling stress deh emang kalau kencang, meski disini jalan tol gak ada tapi tetap aja kalau lihat orang berkendara kencang di atas 100 misalnya kayak ingin terbang :(

Reply
avatar
13 Februari 2022 pukul 22.20 delete

Pernah dong sekali waktu aku nemenin teman nyetir di tol
Lha bener kalau sudah di atas 100 tuh kadang bikin degdegan kendalikan
Apalagi jika licin, seperti terbang kalau ada genangan air

Reply
avatar
13 Februari 2022 pukul 23.01 delete

Oh ternyata ini to alasannya :) aku gara2 banyak berita kecelakaan jadi takut blajar nyetir

Reply
avatar
14 Februari 2022 pukul 09.24 delete

Wah ternyata tujuannya juga untuk mengurangi emisi ya. Baru tau aku.

Reply
avatar
14 Februari 2022 pukul 17.46 delete

aku mesti ingat juga nih perihal kecepatan, soalnya aku suka main ngebut aja buset daaahhh.

Reply
avatar
14 Februari 2022 pukul 21.22 delete

Sebenarnya semua tergantung mobilnya sih. Klo jalan 100 km/jam di mobil city var kecil, wah kerasa banget. Klo di mobil cc gede, ga kerasa tau tau udah 120 km/jam lebih. Emang harus aware soal kecepatan ini yaa

Reply
avatar
16 Februari 2022 pukul 09.18 delete

Biasanya kalo pake mobil kecil lebih berasa ya mbak pas ngebut2 gitu. Tapi apapun mobilnya, sebaiknya emang sesuai aturan aja ya. Ngeri kalo ada berita kecelakaan gitu :(

Reply
avatar
3 Juni 2022 pukul 17.19 delete

Kebayang pas kami jadi korban kecelakaan beruntun di jalan tol.. kecepatan kami di bawah 80 KM ..posisi dibtengah ..alhasil mobil ringsek depan belakang. Faiz sampai kelempar. Untunglah tak satupun terluka

Reply
avatar