Industri Logam Ngingas Jadi Rantai Suplai Astra Yang Semakin Mandiri

Motor yang saya tumpangi melewati daerah yang terkenal sebagai Kampung Logam Ngingas, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kampung yang memiliki produk unggulan logam ini dijadikan sebagai Desa Sejahtera Astra. 

Pagi itu, geliat ekonomi sudah terlihat di sepanjang jalan yang banyak berdiri Industri Kecil Menengah (IKM) logam di antara rumah penduduk. Hanya dari tempat duduk saya di atas motor, saya bisa menyaksikan aktivitas karyawan IKM logam.

Kampung industri logam ngingas
Kampung Industri Logam Desa Ngingas (dokumen pribadi)

Beberapa plat bertumpuk di bagian depan beberapa bangunan industri. Seorang karyawan dengan mesin blander terlihat sedang memotong plat tersebut. 

Saya melihat lampu jalan yang sangat khas seperti di Malioboro dipajang di depan salah satu industri. Produk setengah jadi berjajar dan siap dikirim, seperti tiang lampu jalan dan teralis.  

Motor saya berbelok di gang kampung yang kecil dan tak jauh dari desa Ngingas. Rumah-rumah berdempetan di kiri dan kanan jalan di desa Kureksari. Tak terlihat aktivitas pengrajin besi. Namun, dari ujung gang Jalan Anggrek V, saya mendengar bunyi las dan besi saling bersahutan.

Tidak sama dengan desa Ngingas di mana industri logam banyak berdiri di sepanjang jalan utama tersebut, di Kureksari, industri logam berdiri di tengah kampung padat penduduk. 

Saya pun tiba di depan sebuah rumah penduduk dengan papan nama UD. KS Pro di atas pintu. Tidak terlihat aktivitas industri dari depan rumah. Hanya terdengar suara bising aktivitas industri dari belakang rumah. Pemilik UD. KS Pro adalah Pak Kasiadi. Meskipun di tengah kampung, UD. KS Pro pernah menjadi supply chain Astra ketika beliau tergabung dalam Lembaga Pengembangan Bisnis Yayasan Dharma Bhakti Astra (LPB YDBA). 

Seorang karyawan wanita berjilbab yang menjadi petugas administrasi mempersilakan saya masuk dan mengizinkan saya mengambil foto secara dekat di tempat workshop

Saya pun memasuki rumah penduduk yang disulap menjadi ruangan industri kecil. Di ruangan pertama, ruangannya tidak terlalu besar untuk pengerjaan logam, namun cukup menyimpan sekitar lima mesin besar yang disusun dengan rapi. Di bagian lain, ada rak khusus untuk meletakkan cetakan atau dies (matras) dengan berbagai bentuk. Karyawan duduk di depan mesin dengan memakai sarung tangan saat sedang bekerja. Setang motor tergantung di tempatnya setelah di-bending (dibentuk hingga bengkok).

Mesin di ruang workshop UD. KS Pro (dokumen pribadi) 
 
Saya keluar dari ruangan itu. Saya menjumpai satu bangunan tidak terlalu besar yang dibagi menjadi beberapa ruangan dan hanya dipisah gang kecil buntu. Bangunan itu menempel dengan bangunan rumah tetangga lainnya.

Mesin pemotong plat logam UD. KS Pro (dokumen pribadi)

Di salah satu ruangan itu, terdapat satu mesin potong besar untuk memotong plat logam. Dua pria berada di balik mesin potong. Di ruang sebelahnya, asap sesekali terlihat memenuhi ruang pengecatan. Suhu di ruangan itu lebih hangat karena untuk proses cat memerlukan suhu yang lebih panas agar kering merata. Dua pria berdiri di balik mesin ‘oven’.

Selesai proses tersebut, produk dikemas di ruang pengemasan. Ruangan itu terasa lebih nyaman dengan lantai keramik dan rak tinggi berisi produk yang siap kirim. Beberapa kotak kardus terlihat bertumpuk di pojok ruangan. Di pojok ruangan lainnya bertumpuk setang motor dan standar paddock motor.

Tiga karyawan wanita sedang mengerjakan bagiannya masing-masing. Satu karyawan wanita sedang sibuk membungkus pijakan kaki untuk motor matic (footstep) dan setang motor ke dalam plastik. Satu perempuan menggunting label yang kemudian ditempelkan ke produk footstep oleh karyawan lainnya. Seorang karyawan pria datang untuk mengangkut produk yang sudah dikemas dan siap dikirim ke reseller.

Pengemasan produk sparepart motor
Pengemasan sparepart motor di UD. KS Pro (dokumen pribadi)

Jika dibandingkan dengan kondisi sebelum bergabung dengan YDBA, kondisi IKM D. KS Pro tersebut sudah jauh berbeda. Dulunya, industri kecil menengah UD. KS Pro ini hanya memiliki mesin moulding plastik pada tahun 2003 dan mulai ikut pembinaan dengan Astra melalui YDBA tahun 2011.

UD. KS Pro lebih banyak menghasilkan produk sparepart motor seperti batok lampu, setang, begel CB C70, barstep, footstep dan produk lainnya. Fasilitas yang dimiliki UD. KS Pro yaitu stamping (mencetak), welding (mengelas), cutting (memotong), dan bending (membengkokkan).

Kasiadi bersyukur bisa mengikuti training quality control and initial product plan (IPP), training metrologi dan material spec and control dari Astra. Dari berbagai IKM logam di Ngingas, UD. KS Pro berhasil menjadi salah satu UKM mitra YDBA dan memasuki supply chain PT AHM tahun 2017.

UD. KS Pro yang berhasil menjadi rantai suplai PT. AHM (dokumen pribadi)

UD. KS Pro mengalami perkembangan setelah mengikuti pembinaan dari YDBA. Jika sebelumnya jumlah sumber daya manusia hanya 16 orang, setelah pembinaan bersama YDBA mencapai 27 orang. Kapasitas produksi sebelum pembinaan sebesar 12.000 pcs/bulan, setelah pembinaan menjadi 36.000 pcs/bulan. Jika dulu hanya empat jenis produk saja, setelah pembinaan mencapai 55 jenis produk. Inovasi produk juga ia lakukan agar tetap bertahan. Pelanggan pun bertambah. Sebelum pembinaan hanya enam pelanggan, setelah pembinaan menjadi dua puluh pelanggan.

Kondisi ruangan pun berbeda. Jika sebelum pembinaan, ruangan produksi kurang rapi dan kurang tertata. Setelah pembinaan, ruangan produksi menjadi lebih rapi dan tertata.

Pemilik UD. KS Pro mengatakan bahwa:

“Sebelumnya, kayak diibaratkan kita itu anak itik yang nggak ada induknya. Masalah manajemen sak sembarang (terserah saja). Manajemen keluarga dipakai. Masalah manajemen produksi. Layoutnya. Masalah 5R-nya. Masalah K3-nya. Semua didapat dari pelatihan Astra. Semua itu saya bisa terapkan. Ada budaya kerjanya. Ada banner kita diberi. Semua saya terapkan termasuk masalah inovasinya. Astra tidak membiarkan kita wes ngono ae (sudah begitu saja). Tidak. Jadi mengikuti perkembangan. Alhamdulillah sekarang saya sudah invest mesin CNC. Awalnya nggak tahu apa-apa. Jadi diprogram komputer.”

Kasiadi senang karena ia bisa membuka lapangan pekerjaan tak hanya dari desa Ngingas dan Kureksari saja tapi juga dari luar kabupaten di Jawa Timur. Dulu ia menjadi karyawan, sekarang ia bisa memiliki banyak karyawan. Bahkan beberapa mantan karyawannya ada yang buka usaha industri logam sendiri dan punya karyawan.

Ilmu dari pelatihan bersama Astra ia terapkan. Ia melakukan inovasi produk dan penjualan. Strategi dilakukan agar penjualannya tetap laku. Sebelum pandemi, produk 100.000 pcs per bulan habis terjual. Namun, saat pandemi, penjualan menurun. Ia mulai berpikir kembali bagaimana agar penjualan tetap laku. Melihat kondisi semua serba online, maka Kasiadi memutuskan untuk memasarkan produknya secara online. Namun, pelanggannya protes karena kalau ia juga berjualan online, reseller “tidak makan”. Akhirnya, semenjak pandemi, Kasiadi menjual produknya secara online melalui reseller di marketplace. Strateginya berhasil. Penjualan produk melalui online banyak peminatnya.

Setelah pandemi, omsetnya selalu naik hingga saat ini. Bahkan satu reseller bisa mengambil ribuan buah. Ia juga membantu teman IKM lainnya dengan produk yang berbeda untuk dijual ke reseller UD. KS Pro sehingga membantu perekonomian masyarakat desa. Peningkatan kapasitas produksi yang dilakukan UD. KS Pro juga seiring dengan peningkatan jumlah karyawan. Ia menambah investasi mesin juga. Bahan baku ia beli setiap pekan.

Bisa dikatakan saat ini, UD. KS Pro sudah bisa mandiri dan berkembang menjadi jauh lebih baik lagi jika dibandingkan sebelum pembinaan, meskipun kini sudah tidak lagi bekerja sama dengan Astra.

Berbeda lagi dengan PT. Elang Jagad yang masih menjadi supply chain PT AHM hingga saat ini. Ketika saya mengunjungi IKM logam di Ngingas itu, suara mesin pemotong logam terdengar saling bersahutan di pagi hari ketika saya tiba di depan bangunan luas tempat produksi besi PT. Elang Jagad. 

Bangunan Industri Kecil Menengah Logam PT. Elang Jagad (dokumen pribadi)

Beberapa alat mesin yang besar berada di sebelah kiri bangunan. Di depan mesin pembentuk logam besi (stamping dan bending), tiga pria sedang fokus mengerjakan tugas masing-masing. Kotak penyimpanan hasil pemotongan logam besi diletakkan di beberapa tempat. Alat mesin lainnya belum terpakai.

Di bagian lain, dua perempuan sedang memasukkan ring-ring besi kecil ke dalam sebuah alat dan menghitungnya hingga berjumlah dua puluh lima ring. Kemudian mereka membungkusnya ke dalam plastik bening. Terakhir, setiap bungkus ring besi itu diberi label informasi produk sebelum ring-ring itu dikirim ke PT. Rachmat Perdana Adhimetal (PT. RPA) sebagai perusahaan tier 1 PT. Astra Honda Motor (PT. AHM). Ring-ring itu yang akan diproses menjadi bagian dalam sparepart motor.

Pengemasan produk
Pengemasan produk ring PT. Elang Jagad untuk tier 1 PT AHM (dokumen pribadi)

Bambang Budiarto, Direktur PT. Elang Jagad, pernah menjadi UKM mitra Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) sekitar tahun 2017 dan berhasil memasuki supply chain PT AHM. Untuk menjadi supply chain Astra pun tidak mudah. Banyak prosedur dan pelatihan yang harus diikuti agar sesuai standar. Meskipun begitu, banyak pengetahuan yang ia peroleh.

“Sebelum mendapat pekerjaan, memerlukan waktu yang lama. Jadi bikin satu dulu, terus sepuluh, terus 100 terus kita kirim. Dicek di sana. Jadi ada quality control. Tidak semua costumer sama. Ada yang hanya suruh mengerjakan, selesai ya sudah. Satu item bisa satu tahun development.” Berkat semangat dan pantang menyerah, PT. Elang Jagad masih terus menjadi rantai suplai hingga saat ini.

Bambang, pemilik PT. Elang Jagad, mengatakan yang ditemui di kantornya pagi itu, “Saya pikir ya, kalau kita bersahabat, memiliki hubungan, kalau bisa menjaga sampai kapan pun akan terus terjaga. Berteman ya seperti itu. Kita ikuti saja arahan-arahannya.”

Tak hanya mengenai proses produksi, kualitas produk, biaya produksi tetapi juga budaya kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin). Ia mengakui banyak ilmu yang ia dapat dan dapat ia terapkan setelah mengikuti pelatihan bersama Astra.

“Kita lagi menerapkan zero stock jadi tidak ada stock tapi pengiriman juga bisa jadi masalah. Bagaimana kita harus menjaga yang diajarkan saat pelatihan,” ujarnya.

Sebelum menjadi bagian dari Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA), Bambang mengakui tidak ada konsep 5R dalam proses produksinya. Dulu, ia hanya asal produksi. Setelah pelatihan bersama Astra, ia menjalankan ilmu yang ia peroleh.

PT. Elang Jagad berhasil menjadi rantai pasok PT. AHM hingga saat ini (dokumen pribadi)

Tak hanya sparepart motor saja yang ia produksi, banyak perusahaan lain yang memesan produk berbahan besi pada perusahaannya, misalnya pegangan besi untuk ember, pijakan besi untuk ember, dudukan kompor, atau model logam tertentu, misalnya hiasan bunga dari logam yang dipesan IKM di Bali.

Pak Bambang berpesan bahwa memiliki usaha UKM itu harus tangguh dan tidak mudah menyerah. Meskipun kadang berada di posisi terbawah tapi tetap harus bertahan. 

Sementara, dari Pak Kasiadi, ia berpesan kepada UKM bahwa jangan hanya terpaku pada satu produk saja. Para UKM harus bisa mengikuti perkembangan zaman yang serba digital. “Meskipun kita tidak ngerti komputer, anak-anak kita, kita didik.” Meskipun usia Pak Kasiadi sudah tidak muda lagi, namun ia masih punya semangat untuk tetap bisa bersaing saat ini dan di masa depan. Ia juga berpesan agar kualitas harus diperhatikan karena konsumen saat ini pintar memilih barang berkualitas dan tidak. 

Kampung Industri Logam Ngingas menjadi salah satu Desa Sejahtera Astra

Kemandirian, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan dua IKM logam di Ngingas itu menjadi bukti keberhasilan Desa Sejahtera Astra dalam melakukan pembinaan ke Usaha Kecil Menengah (UKM) di daerah. Tak hanya pendapatan IKM yang meningkat, tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja dan menjadi motor penggerak perekonomian desa lain. 

Desa Sejahtera Astra merupakan kontribusi sosial Astra bersama anak perusahaan dan yayasan yang memiliki program pengembangan ekonomi desa dan berfokus pada produk unggulan setiap desa. YDBA ini mengumpulkan para IKM logam Ngingas dan memberikan pelatihan, pendampingan dan fasilitas pemasaran menuju IKM yang mandiri.

Dua IKM logam Ngingas yang termasuk dalam Desa Sejahtera Astra itu patutlah menjadi motivasi dan semangat untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah negeri ini sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap desa. Ketika ekonomi desa bangkit, maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Masyarakat sejahtera, negara maju.

Tim Penulis Retroline Corner dikelola oleh penulis dan pendidik yang menyukai dunia otomotif Tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur

Related Posts

Previous
Next Post »